Cipta Rasa

Pada tahun 1480 masehi kalimat “cipta rasa” telah diperkenalkan oleh sunan Gunung Jati melalui karya taqwanya di Kasepuhan Cirebon yang berdiri kokoh hingga kini yakni masjid agung sang cipta rasa yang dikenal juga sebagai masjid agung kesepuhan.

Memahami spirit cipta rasa yang telah mengkumandang lima abad silam atau 529 tahun yang lampau begitu sarat akan makna. Meski rasanya berat, tapi tak ada salahnya bila kita coba mengenalnya barang serasa saja, cipta rasa yang ditorehkan kanjeng Sunan Gunung Jati.

Mari kita mulai dari keimanan. Menurut Abu Sangkan [2008:85] dalam Spiritual Salah Kaprah, keimanan adalah sebuah kesadaran manusia darimana ia berasal. Dengan kesadaran tersebut manusia akan memahami siapa dirinya dan siapa yang menciptakannya. Ketika kita berbicara keimanan [spiritual] berarti kita membicarakan tentang eksistensi diri dan eksistensi Tuhan beserta hubungan dirinya secara khusus dengan Tuhan.

Beriman kepada Allah, berarti meliputi zat, sifat, asma dan afal-Nya. Beriman dan kerberimanannya seseorang itu senantiasa ditandai dengan bergetar hatinya [di dalam dadanya] bila disebut Allah. Yang bergetar inilah disebut dengan kriing [nyambung] dan setelah itu hatinya dihidupkan [online]. Maka disaat posisi online inilah hati hadir dengan wajah kesadaran yang sedang menghadap.

Cipta rasa berarti heningkan cipta dangan menghadirkan rasa [hati] dan merasakan [menghayati] adanya daya hidup yang meliputi segala sesuatu yang sedang menghidupkan, menggerakkan, memelihara dan mematikan [afal Allah] baik pada diri [mikrokosmos] maupun semesta [makrokosmos].

Semisal! “ada awan hitam pekam bergerak ke barat”, pasti kita mengerti maksud dari kalimat itu. Tapi benarkah awan bisa bergerak? Jawabnya tidak bisa. Mengapa? Karena awan itu sebenarnya diam. Sedangkan yang bergerak itu adalah Angin. Jadi, awan-awan itu merupakan tanda adanya sang angin yang sedang bergerak kasana kemari. Maka kemanapun angin bergerak disitu pulalah awan-awan mengikuti geraknya, kemanapun ya kemanapun angin mau, pasti awan-awan itu mengikutinya baik rela ataupun terpaksa.

Di dalam memahami konsep kesejatian memang sudah semestinya kita memulai dari tanda-tandanya, dari ayat-ayatnya dan dari bukti-buktinya yang terhampar luas di semesta ini, dan itu-itu semua, seluruhnya adalah ciptaan Allah. Maka ingatlah, sesungguhnya dibalik ciptaan itu sebenarnya mengisyaratkan tanda adanya yang Maha Menciptakan, yang para Rasul mengenalkan kepada kita semua, menyebutnya dan memanggilnya “ALLAH”.

Cipta rasalah diri dengan hening dan perhatikanlah nafas, karena disitu ada daya hidup yang sangat halus, yang keluar dan masuknya adalah fitrah karena Allah, yang menyebabkan tubuh ini menjadi hidup dan bergerak. Maka ikuti saja daya hidup yang bergerak itu dengan ketajaman penglihatan kesadaran, sampai di-ngeh-kan hanya Allah yang memberi, maka tampak jelaslah disitu, mana yang diam dan mana yang bergerak, mana yang mati dan mana yang hidup, mana yang kasar dan mana yang halus, mana yang dzahir dan mana yang bathin. Karena sejatinya tubuh ini adalah bentuk kuasanya Allah. Dan ruhku berasal dari Allah, atas kehendak Allah kembali kepada Allah. [inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun].

Memang diri ini tiada daya upaya, karena diri itu cuma berada di dalam daya-Nya. Maka pada setiap diri hakikatnya hanya bisa tunduk dan patuh dalam daya-Nya seperti jagat raya. Rasakanlah disitu, rasakanlah daya-Nya dan saksikanlah afal-Nya. Allah, Allah, ya Allah…, derrrrr sontak hati ini digetarkan, merasakan dan di-ngeh-kan, bahwa: ooo… ternyata…, benar adanya, kita ini sebenarnya adalah laa haula wala quwwata illa billah.

Serahkan setotal-totalnya [inna shalati… dst] sehingga hati ini merasakan, bahwa: takbirku hanya ditakbirkan, rukuku hanya dirukukan, sujudku hanya disujudkan, shalatku hanya dishalatkan. Inilah sebuah kesadaran rasa keimanan yang disusupkan ke dalam hati, akan adanya Daya Hidup yang meliputi segala sesuatu.

BOOKSearch: BEST SELLER BOOKS AND HOT NEW RELEASES? monggo :) KLIK DISINI (:   ««  Cara mudah cari referensi pustaka

Related Post



0 Komentar:

Posting Komentar

 
 

POPULAR Detak Hidup

KOMEN Detak Hidup

BACA Detak Hidup

 

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner