Sabar

Manusia diciptakan Allah dengan tiga elemen dasar yaitu, air, tanah dan udara. Air dan tanah merupakan materi yang dibentuk (nafs), sedangkan udara adalah identitas yang mengaku atau yang disebut dengan min ruhi, dan kesempurnaannya disebut diriku sebagai khalifah fil ardhi. Diri dan Aku berbeda, Diri berarti syariat yang mewakili yang tampak, sedangkan Aku adalah hakikat mewakili identitas yang tersembunyi.

Berbicara sabar harus berada diluar itu semua, karena sabar merupakan suatu hal atau keadaan atau suasana-suasana kenyamanan yang dialirkan Sang Mahaluas kepada hamba-Nya yang dikehendaki. Jadi kalau ada yang mengatakan bahwa "sabar orang itu ada batasnya", maka jawabnya adalah benar "susunan katanya" dan benar "menurut yang membenarkan". Sedangkan menurut saya berbeda, manusia tidak memiliki sabar, dan yang memiliki-Nya hanya Allah Swt., kita orang cuma bisa menggunakan saja, itupun kalau dikasih, kalau enggak gimana?

Saya pahami kalimat "sabar orang itu ada batasnya" adalah sebagai batas kemampuan seseorang dalam berdaya dan berupaya untuk menyelesaikan permasalahan sudah metok, habis, segala yang diketahui tak lagi mampu menjawab, semua solusi mandul, semua jalan sudah tertutup dan tak ada lagi jalan keluarnya, jelasnya orang tersebut tidak lagi mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya atau habis dan sirna ketangguhannya.

Maka akibatnya bisa jadi strees, bisa marah-marah (keluar semuanya perilaku buruknya karena tidak terkontrol) yang enggak karuan juntrungnya, dan bisa-bisa juga jadi gila dibuatnya, "may be yes may be no" karena takut resiko dalam menghadapi permasalahan itu yang mau-tak-mau harus dilalui dalam episode hidupnya.

Sebenarnya kondisi diatas pangkalnya cuma tidak mau menerima doang, atau mungkin egonya mau benar melulu, sehingga tidak lagi bisa menerima label salah dari orang lain pada dirinya atas keputusan jalan yang dia ditempuh.

Hakekatnya jalan cuma dijalani, diikuti petunjuknya, lebih dan kurangnya menurut persepsi kita terima saja, supaya tidak terasa sakit hati dan kecewa, kemudian hadapi, lalu lewati lautan hidup yang sangat luas ini dengan bahagia.

Jadi bagiamana dong kita bisa menjadi sabar, jawabnya mudah saja "mintalah disabarkan kepada Sang Pemilik sabar" INI dengan lurus, dengan kesungguhan, tadarru, dan jangan berhenti sebelum diberi (kontinyu). Seperti: Ya Allah... berikan kepadaku kesabaran, dan jadikanlah aku orang-orang sabar.

Maka jika Allah berkehendak dan mengijabah doa hamba-Nya, dengan sekali ucap "Kun" jadi, maka jadilah "Fayakun", tiba-tiba saja dada ini, hati ini, menjadi luas dan tak terbatas, maka apapun yang menyapa diri ini, kehidupan ini, tak lagi menjadi permasalahan, semuanya seperti angin yang berhembus dengan bebas, semuanya seperti lewat saja, lalu pergi entah kemana.

Jadi memaknai sabar, berarti Allah berikan kekuatan kepada hamba-Nya dalam melewati suasana kehidupan (derita atau bahagia) dengan tenang dan keluasan hati untuk menerima dan mengarungi kehidupan yang dilaluinya,"Wasbir wama shabruka illa billah.., sabarlah kalian, tetapi kalian tidak akan bisa sabar kecuali dengan kekuatanKU" (An-Nahl:127)

BOOKSearch: BEST SELLER BOOKS AND HOT NEW RELEASES? monggo :) KLIK DISINI (:   ««  Cara mudah cari referensi pustaka

Related Post



2 Komentar:

asoka mengatakan...

Trinitas, tiga elemen: aql, qolb, & nafs. Suruh air, tanah, dan udara bersabar. Bisa gitu? Ya.. enggak :)

Tapi semua bisa dikelola, bisa dialirkan, bisa dibentuk, bisa ditiupkan. Bisa disenergikan, bisa dimuliakan. Padahal kalo enggak ya ngikutin hukum alam Sunatullah saja.

Kun fayakun itu di ranah Allah. Tiada daya upaya tanpa pertolongan Allah. Tiada kekuatan kecuali dengan kekuatanKU. Sabar itu sudah Sunatullah. Tidak akan ada tanah, air, dan udara tanpa pertolongan, kemurahan, dan kekuatan Allah.

Di ranah kafillatulfilardh, di ranah membentuk, mengalir, meniup, dan menyinergi, sabar itu harus dilatih. Masa air makan air, tanah minta tanah, angin niup angin? :)
Masa air pengen jadi tanah, angin merasa benar jadi air, tanah nggak terima jadi tanah? :D

Di ranah ini, doa itu usaha, mohon itu kerja, hipotesis itu harus dibuktikan, teori itu praxis. Tentu semua itu di dalam Allah. Hehehehe... hidup sabar.

DetakHIDUP mengatakan...

Kalau sudah usaha, sudah bekerja = doa, gitu, enak dong.
Setahu ane…, doa itu memohan istia’nah (Pertologan-Nya, Tuntunan-Nya, Bimbingan-Nya) biar tetap lurus ke Allah di dalam berdaya dan berupaya. – Santun, gitu loh. Sama yang Punya Daya Upaya. Dan sadar diri karena hakekatnya la haula la wala quwwata illa bilah, saja.

Karena di dalam shalat ada yang lalai dan ada yang ria. (al-maun: 4-6). Dan seterusnya.

Iblis pun sang laknatullah berdoa juga lo…(Shaad: 75-83), mengapa sang khalifah hanya usaha dan bekerja saja, kalau kena stroke lumpuh, gak bisa ngomong, enggak kerja, enggak usaha, gimana? enggak bisa doa dong. He.. he.. he..

Sabar…
Ber sabar dengan pertolongan Allah
Ber sabar kembali ke Allah “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”

“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan." (An-Nahl: 127.

“.. orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (Al Baqarah 155-156)

Apa sabar? Bagaimana bersabar? ya buktiin aja. Kemudian...
Oooo ini sunatullah, Ooooo ini sabar.

Lalu, Silahkan, ya.. monggoo.. monggoo... dibuktiin masing-masing pendapat sabarnya, biar kita punya banyak sabar-sabar yang lainnya.

Posting Komentar

 
 

POPULAR Detak Hidup

KOMEN Detak Hidup

BACA Detak Hidup

 

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner