Lillahi Robbil'alamin

Manusia beragama tentunya berTuhan, karena banyaknya agama, maka banyak pula Tuhan. Keragaman paham keagamaan inilah memungkinkan kita memperoleh informasi yang ragam pula akan keTuhanan, misalnya: ragamnya informasi tentang jumlah-Nya, zat-Nya, nama-Nya, perbuatan-Nya, dst. Tuhan dalam konsep pengetahuan tentu ragam, tetapi Tuhan dalam konsep hakiki tidaklah demikian. Karena yang mengetahui Tuhan hanyalah Tuhan itu sendiri, sedangkan ciptaannya sekedar beriman dan bersyahadah.Pada artikel ini, saya tidak mau larut dalam perdebatan yang tak kunjung usai dari zaman ke zaman, seperti yang tertuang pada konsep dan pemahaman yang beragam, tetapi saya mencoba untuk memasuki ke wilayah yang lebih dalam lagi tentang keuniversalannya, yaitu Zat Yang Maha Meliputi Segala Sesuatu.

Pada realitas keragaman pamahaman berdasar kepada saling menghargai, saling menghormati dan saling toleransi “lakum dinikum waliadin” bagimu agamamu dan bagiku agamaku, nafsi-nafsi saja sebenarnya dengan mempersilahkan menjalankannya.

Zat Yang Maha Meliputi Segala Sesuatu, menyebut dirinya dengan “Lillah Robbil'alamiin” atau jika diterjemahkan “bagi Allah Tuhan semesta alam”. Memaknai ayat diatas, didalam Al-qur’an Tuhan mengenalkan Diri-Nya, Zat-Nya, Eksistensi-Nya: "Dia dekat (Al Baqarah 186), bahkan lebih dekat dari urat leher... (Al Qaaf 16)", "kemanapun engkau menghadap disitu ada Wajah Allah" (Al Baqarah 115). "Dia Maha Meliputi segala sesuatu (Fushshilat 54, An Nisaa' 126). Dia tidak serupa dengan persepsi apapun juga (Asy Syura 11).

BOOKSearch: BEST SELLER BOOKS AND HOT NEW RELEASES? monggo :) KLIK DISINI (:   ««  Cara mudah cari referensi pustaka

Related Post



3 Komentar:

asoka mengatakan...

Dulu, saya menuhankan surga, terus menuhankan agama, selanjutnya, menuhankan pikiran sendiri dan menuhankan jiwa.

Sekarang, antara beriman dan bertaklid-pun masih tulalit. Belajar bersyahadah dimulai dari mulai belajar bicara. Sekarang-pun sudah fasih berbicara masih belum bersyahadah.

ke depan.... Dia yang tidak serupa dengan persepsi apapun juga. Tidak dapat disyahadahi dengan pikiran, tidak dengan jiwa pula.

bersyahadah itu diberi syahadah, setelah berusaha mensyahadah dari aqobah.... hehehehe... :D

DetakHIDUP mengatakan...

Dalam kontek belajar dan memperoleh pengajaran, kalau
Mau belajar ngomong, ya sama alhi ngomong
Mau belajar syariat, ya sama ahli syariat
Mau belajar syahadah, ya sama ahli syahadah.

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (Al 'Ankabuut: 69).

“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (Al Kahfi 110).

Anonim mengatakan...

ya allah ya tuhanku :(

Posting Komentar

 
 

POPULAR Detak Hidup

KOMEN Detak Hidup

BACA Detak Hidup

 

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner