Makan dan minum merupakan aktivitas rutin siapapun yang masih hidup. Begitu sepelenya kegiatan ini seringkali kita melupakan esensinya. Dari amaliah inilah sebenarnya kita bisa mengambil pelajaran darinya, karena memang disitu sedang ada pengajaran yang berlangsung bagi siapapun yang mau.
Seberapa banyak umur kita saat ini selama itu pulalah perut kita bekerja dan berkarya enggak peduli siang atau malam. ”Kerja... Kerja... mari kita kerja” kata perut dengan semangat 45. Akibatnya bisa saksiin sendiri, baru saja umuran kepala 2 atau 3, eeh.. makan minumnya sudah banyak pantangan. Apalagi sudah umur kepala 4 dan seterusnya, wah bisa-bisa puasa terus sampai puasss.
Inilah lantaran ngikutin maunya perut. Dan yang begini ini suatu gambaran ”dhalimu linafsih” yang tidak sayang sama perutnya sendiri, yang enggak peduli sama larangan haram, yang semau-maunya dan semua-muanya dituruti masuk. Wong sudah jelas-jelas barang halal buanyak kok, kenapa mesti pake yang haram?
Ya sudahlah..., mari kita tengok saja pengajaran yang lagi berlangsung, yaitu makan minumnya yang kita lakukan dan makan minumnya orang lain yang kita saksikan.
Pertama “Makan dan minumlah, tapi jangan berlebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (al-A’raf: 31).
Kedua Rasulullah berwasiat: ”Makanlah di saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang”.
Ketiga ”Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah” (al-Baqarah: 172).
Terkadang kita tidak ngeh dengan larnganNya, buandel banget. Sapaan demi sapaan Tuhan yang penuh santun dan kasih sayang, tidak mempan juga. Akhirnya kena juga batunya akibat dari perbuatannya sendiri. Sunatullah saja sebenarnya.
Selain sunatullah, ada juga kandungan spiritnya. Bagaimana? Kira-kira begini... Jika kita perhatikan sedikit saja dengan mengikuti jejak-jejaknya maka kita akan temui. Ternyata daya upaya, kehebatan, dan semuanya yang kita aku-aku itu sebagai perbuatanku, sejatinya cuma sampai ditenggorokan doang.
Coba perhatikan sekali lagi? Merasakah kita meletakan makanan di lambung? Merasakah kita mendorong makanan dan mengalirkannya melewati usus? Merasakah kita mengirim saripati makanan dan minuman keseluruh tubuh? Dan seterusnya dan seterusnya. Pamungkasnya merasakah kita yang mengerjakan ini semua? Jawabnya hanya la haula wala quwwata illa billah.
Mahasuci Allah dari kesalahan dan kekhilafan, Engkaulah yang maha meliputi segala sesutu, yang tidak tidur dan tidak ngantuk, yang selalu terjaga siang dan malam, yang selalu dalam kesibukan, yang memelihara ciptaannya dengan kasih sayang. Sungguh tiada yang sia-sia yang Dia ciptakan. Berikutnya tugas kita hanya bersyukur, bersyukur dan bersyukur.
Subhanallah wal Hamdulillah Allahu Akbar wa Lillahilhamd.
Spiritual Eat
BOOKSearch: BEST SELLER BOOKS AND HOT NEW RELEASES? monggo :) KLIK DISINI (: «« Cara mudah cari referensi pustaka
0 Komentar:
Posting Komentar