Full satu bulan kita berpuasa, satu bulan penuh kita diamkan kecenderungan jasmani dari aktivitas makan minum serta hubungan suami istri, dan satu bulan lamanya kita ogah nuruti maunya nafsu sahwat. Lalu di akhir Ramadhan kita rayakan kemenangan atas nafsu sahwat yang selalu cenderung kepada perbuatan tidak baik, dengan bertakbir, bertahmid dan bertasbih kepada Allah, karena kita telah idul fitri.
Idul Fitri atau kembali kepada fitrah, teraplikasi dalam buah kesadaran kesaksian adanya Allah, ber-Tuhan-kan Allah, tidak mengaku adanya tuhan kecuali Allah [laa ilaha illallah]. Dengan kembalinya kita kepada kesadaran fitrah [Back to Fitrah] berarti kita telah kembali berkesadaran bahwa sejatinya manusia itu “wa nafakhtu fiihi min ruhi. [al-hijr: 28-29]” adalah ruh yang ditiupan Allah. Yang pada masa azali berucap saksi dihadapan Allah “alastu birobbikum qolu bala sahidna [al-a’raaf,7:72] terjemahnya: Apakah Aku ini Tuhanmu? Mereka (ruh) menjawab: betul (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi”. Sejatinya, yang berasal dari tanah [jasmani] akan kembali lebur dan terurai kembali kepada tanah, dan yang berasal dari Allah [ruhani] akan kembali kepada Allah [inna lilahi wa inna ilaihi roojiu’un].
Mulai dari nol berarti menemukan kembali fitrahnya, menemukan diri sejatinya, tidak mengaku ada “kosong” dan yang kosong itu tidak bisa diikat dan terikat oleh materi.
Mulai dari Nol
disharekan
DetakHIDUP
on Kamis, Oktober 16, 2008
/
Kategori
Fitrah,
Idul Fitri,
Kembali,
Kosong,
Nol
BOOKSearch: BEST SELLER BOOKS AND HOT NEW RELEASES? monggo :) KLIK DISINI (: «« Cara mudah cari referensi pustaka
0 Komentar:
Posting Komentar