Pemetik Buah

Pasca sayyidu suhur berlalu, kebahagiaan menyapa lubuk hati dengan kesadaran untuk saling menetapi tali silaturrahmi, memberi dan menerima maaf atas segala khilaf dan alpa.


Selepas hari raya idul fitri, kembali kita disibukan dengan gawean masing-masing, seolah tiada menyisakan sedikitpun ruang untuk hati kita berada dalam suasana kepatuhan (taqwa) seperti di bulan murabok itu.

Semestinya riyadhah satu bulan membuahkan ketaqwaan disebelas bulan kemudian dan bahkan bisa lebih (seribu bulan), namun kenyataannya tidaklah demikian. Walhasil, gemblengan ramadhan seperti mandul, lenyap tanpa bekas terbawa arus suasana kekinian diri. Mengapa? Karena kita sibuk dengan kesenangan diri.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”. (Qur’an :3:21)

Nah kalau sudah begini, masih adakah suasana kepatuhan diri (taqwa) seperti di bulan puasa? Ya, dalam konteks memenuhi kewajiban, namun belum tentu merasakan suasana patuh (tidak merasakan berat) dalam menjalankan perintah dan larangan-Nya.

Lalu siapakah sang pemetik buah itu? Dialah orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang dalam melaksanakan perintah-perintah Allah serta menjahui segala larangan-Nya tidak merasakan berat sedikitpun.

SUBSCRIBE TO [DETAK HIDUP]

ARTIKEL TERKAIT:
[01]• Selamat Berpuasa
[02]• Selamat Datang Ya Ramadhan
[03]• Mulai dari Nol

BOOKSearch: BEST SELLER BOOKS AND HOT NEW RELEASES? monggo :) KLIK DISINI (:   ««  Cara mudah cari referensi pustaka

Related Post



0 Komentar:

Posting Komentar

 
 

POPULAR Detak Hidup

KOMEN Detak Hidup

BACA Detak Hidup

 

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner