Berpuasa Agar Bertaqwa

Berpuasa merupakan wujud perjuangan jiwa dalam menundukan hawa nafsu dengan melepaskan ikatannya agar tidak membelenggu keluasan jiwa. Puasa dengan kata lain berjuang tidak meresponi keinginan-keinginan, seperti: tidak menuruti keinginan perut, tidak menuruti keinginan sahwat dan tidak menuruti keinginan pikiran liar. Singkatnya, mengabaikan semua keinginan kecuali tujuan, seperti orang lewat yang menuju ke arah tujuan maka semuanya akan dilewati kecuali tujuannya.

Jika diibaratkan berpuasa itu seperti kusir delman yang sedang berupaya [berjuang] dengan segenap kemampuannya menundukkan si kuda delmannya yang belum jinak agar mau tunduk dan patuh kepada perintah dan maunya pak kusir delman itu.

Singkat cerita pak kusir pun berhasil menjinakkan si kuda delman hingga mau menuruti segala perintah tuannya. Hingga kemanapun tuannya mau maka kesanalah delman akan berlari.

Pernah Abu Hurairah ditanya oleh seseorang tentang taqwa yang dijawab dengan balik bertanya, “Apakah engkau pernah melalui jalan yang penuh duri?” orang itu menjawab “Tentu saja”. “Lalu apa yang engkau lakukan?” ia menjawab, “Jika aku melihat duri, aku akan menyingkirkannya atau menghindarinya”, kata Abu Hurairah, “demikian itulah takwa”

Berpuasa adalah jalan singkat menuju taqwa sedangkan taqwa merupakan jalan cepat menuju kefitrahan jiwa agar dapat kembali kepada fitrah asalnya [idul fitri]. Kefitrahan sejati tandanya adalah nafas, yang selalu bergerak, tidak tidur, tidak ngantuk, tidak makan, tidak minum, tidak wanita dan tidak pula pria, maka tidak ada perubahan pada kefitrahan jiwa itu.

Begitupun dengan fitrah Allah,
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; [tetaplah atas] fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. [Itulah] agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" [ArRuum: 30].

Kefitrahan jiwa yang sudah tidak berubah-ubah, tidak terombang-ambing, tidak maju-mundur dan tidak terbolak-balik lagi oleh instrumennya alias jiwanya telah berada diposisi mutmainnah [jiwa yang tenang]. Jiwa-jiwa yang demikian akan ikut, akan melok, akan selaras [in-line dan online] dengan perintah Allah, selaras dengan tuntunan Allah, selaras dengan bimbingan Allah dan selaras dengan maunya Allah. Wa'allahu a'lam.

BOOKSearch: BEST SELLER BOOKS AND HOT NEW RELEASES? monggo :) KLIK DISINI (:   ««  Cara mudah cari referensi pustaka

Related Post



0 Komentar:

Posting Komentar

 
 

POPULAR Detak Hidup

KOMEN Detak Hidup

BACA Detak Hidup

 

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner