Informasi yang tersimpan dalam otak dapat di reload karena kita ingini dan dapat juga di ulang kembali aktivitasnya karena disukai. Me reload dan mengulang kembali bila dilakukan secara terus-menerus akan tertanam dan terprogram dalam bawah sadar yang secara otomatis akan bekerja.
Bila otak lebih banyak menyimpan informasi positif maka responnya biasanya positif, sedangkan bila otak lebih banyak menyimpan informasi negatif maka responnya pun akan negative. Seperti poci, bila diisi air teh maka keluarnya air teh, bila diisi air kelapa maka keluarnya air kelapa, bila diisi air kopi maka keluarnya air kopi, dst.
Kecendrungan kerja alam bawah sadar adalah mengkases informasi yang sering digunakan. Contoh, seseorang tidak mungkin bisa sabar jika sabar serta suasananya belum/tidak tersimpan di dalam otaknya. Alih-alih ingin bersabar yang dipilih namun malang malah marah yang diraih. Pasalnya sederhana bawah sadar hanya akan mengakses informasi yang kuat dan yang sering digunakan.
Dari keinginan timbul rasa ingat, dari rasa ingat timbul untuk mewujudkan yang diingatnya itu. Siapapun kita dapat menggunakan dan mengoptimalkan rasa ingat ini untuk kepentingan pribadi atau non pribadi. Karena bermula dari rasa ingatlah manusia memulai perubahan hidupnya di dunia dan akhiratnya. Sebagai informasi tambahan terkait rasa ingat ini, di barat ada hukum tarik menarik [law of attraction] dan di timur ada quantum ikhlas. Adakah keterkaitan dari kedua temuan tersebut terhadap rasa ingat...? silahkan dikaji lebih lanjut sendiri-sendir saja.
Perubahan Individu
Pengubahan diri dimulai dari upaya mengingat Allah sebanyak-banyak agar Allah pun ingat kepada para pengingat-Nya [ingatlah AKU maka AKU ingat kamu]. Harus disadari pula bahwa daya upaya kita tiada yang sia-sia karena Allah bakal merespon sesuai dengan janji-Nya. Siapapun orangnya jika ingin mengubah dirinya ter-upgrade menjadi pribadi baru maka gunakanlah rasa ingat ini sebagai power [daya ubah] untuk mengubahnya. Nantinya berpulang kembali kepada individu terkait, mau kemana diarahkan rasa ingatnya itu kepada yang materi atau yang bukan materi, kepada Tuhan atau selain tuhan.
Perubahan Kolektif
Lapar datang tidak setahun sekali, namun rasa lapar datang setiap hari, bisa pagi, siang dan malam. Sedangkan datangnya rasa kenyang sebenarnya tak jauh beda. Pada sisi lainnya ada juga yang merasakan laparnya sama persis seperti diatas tetapi merasakan kenyangnya kadang cuma dua kali atau sekali saja dalam sehari. Sungguh kontras memang..
Istilahnya..., kita lapar dilaparkan dan kenyang dikenyangkan. Pasalnya sederhana saja, kita tidak akan bisa membuat rasa lapar dan tidak bisa bisa membuat rasa kenyang. Kecuali hanya Allah saja yang membuatnya sang Maha Pencipta alam semesta. Sedangkan kita dikasih berdaya upaya MENELAN tok. Selanjutnya di dalam berdaya upaya pun kita diwanti-wanti untuk tidak mengakauinya karena “la haula wala quwwata illa billah”. Tiada.
Dan nyatanya yang bisa menelan ini tak cuma kita-kita saja tetapi para hewan pun dapat melakukannya yang tak jauh beda caranya. Lalu dimana posisinya bahwa kita lebih mulia dari binatang-binatang itu? Yup, yaitu pada caranya siapa yang bakal kita tauladani. Caranya para Nabi yang berahlak mulia atau caranya hewan yang teridak berahlaq.
Ingin mengubah rasa lapar menjadi rasa kenyang saja kita-kita mesti dipancing dahulu oleh rasa lapar baru kemudian kita tergerak berupaya kerja keras untuk memenuhi kebutuhan jasmani tersebut. Namun sekali lagi bahwa rasa kenyang itu bukan karya cipta kita para manusia, tetapi Allah lah yang menciptakannya rasa itu juga perubahan atas rasa itu. Allah tidak merubah rasa lapar dan haus menjadi rasa sebaliknya bila orang-orang yang lapar dan haus tidak mau merubahnya dengan makan dan minum.
Begitupun dengan perubahan dari masa penjajahan ke masa kemerdekaan. Suatu perubahan kolektif tidak mungkin sekonyong-konyong terjadi seperti perubahan rasa lapar ke rasa kenyang. Semisal perubahan dari posisi A [Penjajahan] ke B [Kemerdekaan].
Ketika pahit getirnya penjajahan dirasakan oleh banyak orang [rakyat], maka suasana rasa pahit dan getirnya itu sebenarnya yang menjadi pemicu serta mendorong timbulnya keinginan untuk berubah ke rasa sebaliknya yaitu rasa kemerdekaan yang tidak ada rasa pahit dan getirnya karena memang rasanya dijajah itu tidak enak. Lalu muncul keinginan kolektif untuk berubah menuju ke posisi B. Selanjutnya bergerak dan berubah menuju ke posisi B. “Suara rakyat itu adalah suara Tuhan”.
”Allah tidak merubah nasib suatu kaum bila kaum itu tidak mau mengubahnya”. [Ar-ra’d:11].
Setidaknya dari ayat diatas kita digugah dan diajak untuk menjadi agent off change, menjadi orang-orang yang peduli, menjadi orang-orang yang mau mengubah keadaan diri ataupun keadaan kolektif menuju keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan cara yang baik agar memperoleh hasil [perubahan] yang sebaik-baiknya. Semoga…
Ubahlah
BOOKSearch: BEST SELLER BOOKS AND HOT NEW RELEASES? monggo :) KLIK DISINI (: «« Cara mudah cari referensi pustaka
0 Komentar:
Posting Komentar